I. Pengertian Pandangan Hidup dan Ideologi
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan
pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu
merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan
tempat hidupnya.
Pandangan hidup banyak sekali macanmya dan ragamya„ Akan tetapi pandangan
hidup dapat diklasifikasikan bendasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenamnnya
(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang tendapat pada negara tersebut.
(C) Pandangan hidup hasil renungan  pandangan hidup yang relatif kebenarannya.


Pandangan Hidup Muslim
Jarang orang merumuskan tujuan hidupnya. Merumuskan apa yang dicari dalam hidupnya, apakah hidup¬nya untuk makan atau makan untuk hidup. Banyak orang sekedar menjalani hidupnya, mengikuti arus kehidupan, terkadang berani melawan arus, dan menyesuaikan diri, tetapi apa yang dicari dalam melawan arus, menyesuaikan diri dengan arus atau dalam pasrah total kepada arus, tidak pernah dirumuskan secara serius.
Rumusan tujuan hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati posisi sentral, yakni orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang diyakininya, melalui figure Ulama Kharismatik, atau menurut kitab suci. Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah, ibtigha mardhatillah. Firman Allah.

Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagaì pendukung
suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi
politik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut
ideologi negara.

II. Cita-cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang dìsebut Cita-cita adalah keinginan,
hampan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran.  keinginan, harapan, maupun tujuan
merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian
cita­cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hìdup yang akan datang.
Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin linggi,
dengan perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang
makin tinggi tingkatannya.

Contoh :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam salu kclas, keduanya
bercila-cita menjadi sarjana. Amir anak orang yang cukup kaya.
sehingga dalam mencapai cita-citanya lidak mcngalami hambalan.
Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya
merupakan faktor yang mengunlungkan atau mcmudahkan mcncapai
cita-cita si Amir. Scbaliknya dengan Budi yang orang luanya
ekonominya lemah, mcnyebabkan ia tidak mampu mcncapai
cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah mcrupakan hambatan
bagi Budi dalam mencapai cita-citanya.

III. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya
sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral.
Atas dorongan suara hatinya manusia cendenrung berbuat baik
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang  atas jiwa dan badan. Kedua
unsur itu terpisah bila manusia meninggal. Karena mempakan pribadi, manusia mempunyai
pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiń, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya.
Justru karena itu, karena mementingkan diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal
kebajikan.

Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tíga hal. Pertama faktor
pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
Pembawaan merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang tua.
Faktor kedua yang menentukan tingkah laku seseorang adalah lingkungan (environment). Lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang teljadinya
setelah seorang anak lahir (masa pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan
merupakan alam penama ). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor ketiga yang menentukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas
yang pemah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang sìfatnya negatif, maupun pengalaman
manis yang sifamya positif memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan
sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan.

IV Usaha dan Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus
kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan.
Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan, manusia
tidak dapat hidup sempuma. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras.
Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan. ia haruss rajin belajar dan tekun untuk memenuhi
semua ketentuan akademik.
Dalam agama pun diperinlahkan untuk kelja keras. Sebagaimana hadist yang diucapkan
Nabi Besar Muhammad S.A.W. yang ditujukan kepada para pengikutnya:"Bekerjalah kamu
seakan-akan kamu hidup selama-lamanya. dan beribadahlah kamu seakan­akan kamu akan
mati besok. Allah berñmlan dalam Al-Qur`an Surat  ayat ll  "sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri”. Dari hadist dan  ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk
memperbaiki nasibnya sendiri.

V. Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup bemsal dari akal atau
kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga alìran filsafat, yaitu aliran
naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.


aliran naturalisme hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari nature, dan itu dari Tuhan. Tetapi yang tidak percaya pada Tuhan, nature itulah yang tertinggi. Aliran naturalisme berisikan spekulasi mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada
aliran intelektualisme dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal.
Dengan akal manusia berpikir, mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan piker (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses.
aliran gabungan
Dasar aliran ini idalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani. Apabial aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbil dua kemungkinan pandangan hidup.

VI. Langkah-langkah Berpandangan Hidup yang Baik
(1) Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari
setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita
yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita
dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup
itu ada sebelum manusia itu belum turun ke dunia.
(2) Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagai yang berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur'an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akherat.
(3) Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
(4) Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
(5) Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaalnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
(6) Mengamankan
Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan din pada suatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu dan atau mayalahkannya tentu dia tidak menerima dan bahkan cendemng untuk mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan merasakan bahwa dalam berpandangan hidup itu dia telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya maka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.

Sumber : 
Widyo Nugroho dan Achmad Muchji .1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma
http://ratihseptiaryani.blogspot.com/2010/03/bab-8-manusia-dan-pandangan-hidup.html
http://yankumala.wordpress.com/2011/03/29/manusia-dan-pandangan-hidup/
 


I. Pengertian Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah di mana ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrern ilu mcnyangkut dua orang alau benda. Bila kedua orang tersebut
mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus
memperoleh benda atau hasil yang sama. kalau tidak sama, maka masing-masing orang akan
menerima bagian yang tidak sama, scdangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti
ketidak adilan.

II. Keadilan Sosial
 
Satu sila dalam pancasila yang ada hubungannya dengan keadilan sosial :
       Keadilan merupakan sila kelima dari pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Para pemimpin membuat perumusan pancasila dengan berbagai uraian, seperti dari Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", menulis sebagai berikut "Keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur." Selanjutnya diuraikan bahwa para pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.

Lima wujud keadilan sosial yang diperinci dalam perbuatan dan sikap :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Delapan jalur pemerataan yang merupakan asas keadilan sosial :
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan.
2) Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pemerataan pembagian pendapatan.
4) Pemerataan kesempatan kerja.
5)  Pemerataan kesempatan berusaha.
6) Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.
7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

III. Berbagai Macam Keadilan
1.  Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya.Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal.
Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat.
Dan Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidak keserasian.

2. Keadilan Distributif
Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally). 

3. Kadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
IV. Kejujuran
Pengertian kejujuran :
     Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan kenyataan yang ada itu adalah kenyataaan yang benarr-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum.
Hakekat kejujuran :
        Pada hakekatnya, jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalah atau dosa.

V. Kecurangan

Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran ataú tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan
yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat. paling kaya
dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak
senang bila ada yang melebihi kekayaannya. 
Sebab-sebab orang melakukan kecurangan :
    Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada empat aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban, dan aspek teknik. Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.

VI. Perhitungan (HISAB) dan Pembalasan
Macam-macam perhitungan dan pembalasan :
Menurut agama :
      Jika seseorang melakukan apa yang ALLAH SWT larang, maka orang tersebut akan mendapat balasannya sesuai apa yang dia perbuat di akherat nanti.
Menurut hukum:
      Jika ada seseorang yang melanggar hukum, dia wajib mendapat balasan dan hukuman sesuai apa yang dia perbuat.

VII. Pemulihan Nama Baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia
menjadi teladan bgai orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak
temilai harganya. 
Hakekat pemulihan nama baik :
Yang sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
1. Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral.
2. Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.

VIII. Pembalasan
Pengertian tentang pembalasan :
      Suatu reaksi atas perbuatan orang lain, berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, dan tingkah laku yang seimbang.
Penyebab pembalasan :
  Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat akan mendapat balasan yang bersahabat, sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabt pula.
Contoh pembalasan :
    Ada seorang yang mencuri televisi, maka orang tersebut mendapat balasan berupa hukuman dipenjara

 
Sumber :
Widyo Nugroho dan Achmad Muchji .1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma
http://desilaila.multiply.com/journal/item/22?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
 
 

I. Penderitaan
Penderitaan berasal dan' kata derita. Kata deńta berasal dari bahasa sansekerta dhra
altinya menahan atau menangglmg. Derita artinya menangglmg atau merasakan sesuatu yang
tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan
oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang làin. Di dapat pu1a suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
II. Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapal juga berupa siksaan jiwa atau nokhani. Akibat siksaan yang dialami scseorang, limbullah pendcritaan.
 Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mans yang akan diambil. Misalnya pada suatu saat apakah seseorang yang bimbang itu pergi atau tidak, siapakah dan kawannya yang akan dijadikan pacar tetapnya. Akibat dari kebimbangan seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu.
Kesepian dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Kesepian ini tidak boleh dicampur adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami oleh petapa atau biarawan yang tinggalnya ditempat yang sepi.
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Seperti pada kesepian, ketakutan.dapat juga timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yang sifatnya psikis.
Sebab seseorang melakukan ketakutan antara lain :
(a) Claustrophobia dan Agoraphobia
Cloustrophobia adalah rasa takut texhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan
yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.

(b) Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tìnggi. Hal itu disebabkan,
karena ia takut akibat berada di tempat yang tinggi. Misalnya seseorang hams melewati
jembatan yang sempit, sedangkan dibawalmya air yang mengalir, atau seseorang takut
meniti dinding tembok dibawahnya.

(c) kegelapan merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap.
Sebab dalam pikirarmya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti,
misalnya setam, pencuri. Orang yang demikian menghendaki agar ruangan tempat tidur
selalu dinyalakan lampu yang terang.

(d) Kesakitan me1upakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
Seseorang yang takut diinjeksi sudah beneriak­ten'ak sebelum jarum injeksi ditusukkan
ke dalam tubuhnya. Hal itu disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan
menimbulkan kesakitan.

(e) Kegagalan merupakan ketakutan dari seseorang disebabkan karena merasa bahwa apa
yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah
untuk bercinta kembali, kaœna takut dalam percintaan berikutnya juga akan terjadi
kegagalan, trauma yang pemah dialaminya telah menjadikan dirinya ketakutan kalau
sampai terulang lagi.

Phobia
Ahli-ahli medis mempunyaì pendapat yang berbeda-beda dan banyak penderita yang
mempunyai teon' tentang asal mula dan' ketakutan mereka. Kebanyakan phobìanya dimulai
dengan suatu schock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu, misalnya pekerjaan
baru, kematian dalam keluarga, suatu operasi atau sakit yang serius.

Umumnya ada dua aliran tentang penyebab phobia. Ahli-ahli ilmu jiwa cenderung
berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dan' suatu problema psikologis yang dalam,
yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya
ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemanya dan
tidak perlu menemukan sebab­sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Kebanyakan ahli-ahlì setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena sipenderita
hidup dalam keadaan ketakutan terus menenxs, membuat keadaan sipendeńta sepuluh kali
lebih parah.

III.Kelakutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gejala pennulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
  1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
  2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-taham gangguan kejiwaan adalah :
a.gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani
maupun rohaninya
b. usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara
beltahan dirinya Salah; pada orang yang tidak mendeńta ganìuan kejiwaan bila menghadapi
persoalan, justru lekas memecahkan pnoblemnya, sehingga tidak menekan perasaannya.
Jadi bukan melarikan din' dan' persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
c. kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :

a. kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempuma; hal-hal tersebut sexing menyebabkan yang bei angkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kaedudukannya dan menghancurkan mentalnya. 
b. terjadinya konflik sosial budaya akibat nonna berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga is tidak dapat menyesuaikan diri lagi; misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu. 
c. cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.

Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah :

1. Positif : trauma (Iuka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap
survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut waktu malam hari untuk
memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
2. Negatif : trauma yang dialami diperlarutkan atau diperturutkan, sehingga yang
bersangkutan mengalami frustasi ,yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang
diinginkan. Bentuk frustasi antaxa lain :
a.)agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan
secara  berakibat mudah  hypenensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan
sadis yang dapat membahayakan orang sekítamya.
b.) regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanankan
(infantil), misalnya dengan menjerit-jerit,menangis sampai meraung-raung,memecah
bamng-barang.
c.)fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya
dengan membisu. memuku1­mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada
benda keras.  
d.)proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan
sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain, kata pepatah: awak yang tidak
pandai menari, dikatakan lantai yang teljungkit.
e.)identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam
imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri
dengan bintang ñlm, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa
dirinya lebih superior daripada orang lain.
f.)autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunìa  tidak mau
berkomunikasì dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendìri yang dapat
menjurus ke sifat yang sinting.


IV. Penderitaan dan perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah mahluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alarn lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhansupaya terhindar dari bahaya dan malapetaka.

V. Penderitaan , media massa dan seniman
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di­Condet, Meletusnya gunung galunggung,perang Irak-Iran.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakt. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia tenitama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga pars pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.

VI. Penderitaan dan sebab-sebabnya
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya
penderitaan, maka pendeńtaan manusia dapat dipeńnci sebagai beńkut :

A) Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.

Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat teljadi
dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitamya. Penderitaan
ini kadang disebut nasib buruk.  buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi
baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasìbnya. Perbedaan nasib
buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia
penyebabnya.

B) Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan

Pendeńtaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan.
Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaba manusia untuk mengatasì
penderitaan itu.

VII. Pengaruh Penderitaan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bemiacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kernudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”.

Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dart penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.

Apabila sikap negatif dan sikap positif.ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.


Sumber : 
http://hadi27.wordpress.com/rangkuman-manusia-dan-keindahan-serta-manusia-dan-penderitaan/ 
Widyo Nugroho dan Achmad Muchji .1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma






I.Keindahan
A. Pengertian 
Kata keindahan berasal dan' kata indah, artinya bagus, pemlai, cantik, elok. molek, dan
sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni. pemandangan alam.
manusia, rumah, tatanan, perabot rumah cangga, suara, wama, dan sebaginya. Kawasan
keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula.

Keindahan dalam arti luas merupakan pengenian semula dari bangsa Yunani dulu
yang didalamnya tencakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah
dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selaìn
baik juga menyenangkan. Plo`tinus menulis tentang ihnu yang indah dan kebajikan yang
indah Orang Yunani dulu belbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan
yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keìndahan dalam ani estetis yang
disebutnya  untuk keìndahan berdasarkan penglihatan ( misalnya pada karya
pahat dan arsitektur ) dan haxmonia unluk keìndahan berdasarkan pendengaran (musik), J adi
pengertian keìndahan yang seluas­1uasnya meliputi :

 keindahan seni

- keindahan alam

- keindahan moral

- keindahan intelektual

Keindahan dalam ani esletis mumi menyangkut pengalaman estetis dari seseorang
dalam hubungannya dengan segala sesîxatu yang dicempnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempilkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan
penglihgtan. yakni berupa keindahan dan' bentuk dan wama.

Dari pembagian dan pembedaan terhadap keindahan diatas, masih belum jelas apakah
sesungguhnya keindahan itu. Ini memang merupakan suatu pexsoalan ñlsafati yang jawabarmya
beraneka ragam. Salah satu jawaban mencań ciri-ciri umum yang ada pada semua benda
yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan
pengeltian keindahan. Jadi keindahan pada dasamya adalah sejumlah kwalita pokok tenentu
yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling seringdisebut adalah kesatuan (unity),
keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan
(contrast). 
Dapat diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dan’ berbagai keselaxasan dan kebaikan dan' gańs, wama, bentuk, nada dan kata­kata. Ada pula yang  berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.

B.Nilai Estetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti hal nya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Masalahnya sekarang ialah : apakah nilai estetik itu.? dalam bidang filsafat, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti kebethargaan (worth) atau kebaikan (goodness).

Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu ha! lainnya (instrumental/contributory. value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.. Nilai instrinsik adalah sifat balk dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh :
(1)     puisi bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, bans, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai instrinsik.
(2)     Tari, tarian Damarwulan-minakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya.
Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.

C. Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong utuk merasakan, menikmati keindahan. Bagi scorang seniman selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan seniman. Bagi orang bukan seniman mungkin faktor ekstansi lebih menonjol. Jadi, ia lebih suka menikmati karya seni daripada menciptakan karya seni. Dengan kata lain, ia hanya mampu menikmati keindahan tetapi. tidak mampu menciptakan keindahan.

 II. Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologik.

(a). TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan pelbagai gerak, garis, wama, suar dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata mernindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.

(b).TEORI METAFISIK
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory).

(c). TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasaikan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman.
 
III. Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.

(a). TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.

(b) TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kwalita dari benda-benda: Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Empa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.

Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proporsi ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah.

Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya.
Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-benda. Para seniman romantik umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak adanya keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan dan pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun teori umum tentang keindahan.

Sumber : 
http://hadi27.wordpress.com/rangkuman-manusia-dan-keindahan-serta-manusia-dan-penderitaan/
Widyo Nugroho dan Achmad Muchji .1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma